Sang
Dukun Bayi
sebuah feature
Sang
ratu sing gereleng herang
Sang
ratu sing gereleng cenang
Sang
ratu langlang buana
Sayup-sayup terdengar mantra yang di
tembangkan seseorang dengan suara khas Sunda yang nyaman ditelinga bila di dengar.
Mantra itu baru saja di tembangkan oleh Uun (73 tahun), seorang dukun bayi di
desa Bengle, kabupaten Karawang. Mantra yang penulis sendiri tidak paham apa
maknanya itu ternyata adalah mantra untuk menenangkan bayi yang rewel. Diusianya
yang senja Mbah Uun masih setia melakoni pekerjaannya sebagai dukun bayi, atau
masyarakat di sana menyebutnya sebagai paraji.
Menjadi paraji sudah dilakoni Mbah Uun sekitar 40 tahun yang lalu. Ilmu
tantang perdukunan bayi ini diwariskan dari ibunya yang juga seorang dukun
bayi. Hidup menjanda tanpa anak membuat Mbah Uun kesepian, untuk menghilangkan
rasa sepinya Mbah mendedikasikan hidupnya untuk menolong warga sekitar yang
akan melahirkan, ataupun merawat bayi. Mbah tidak pernah dibayar untuk
pekerjaannya. Dia ikhlas menolong tetangganya yang membutuhkan bantuannya.
Walau begitu para tetangga tidak sampai hati membiarkan si Mbah kelaparan,
mereka selalu memberikan si Mbah makan. “itu amanat dari ibu saya, dulu si Mbah
yang membantu ibu saya ketika melahirkan saya.” Ujar Asih (35 tahun), yang
merupakan tetangga si Mbah.
Mbah hidup sendiri di rumah
sederhana peninggalan suaminya yang sudah cukup lama meninggal. Mbah tidak
punya anak, dia hanya punya saudara yang tinggal di luar desa. Dari rumah
sederhana inilah Mbah menghabiskan sisa umurnya dengan bercengkerama dengan
tetangganya. Biar sudah tua, Mbah masih sehat, dia masih sanggup menimba air
sendiri.
Kemajuan
teknologi sudah semakin terasa di desa yang dikelilingi hamparan sawah ini. Hal
ini membuat berkurangnya warga yang membutuhkan pertolongan si Mbah, mereka
lebih memilih pergi ke bidan yang ada di desa itu. Hanya penduduk yang
berpendidikan rendah dan berpenghasilan minim yang masih datang kepada si Mbah
untuk melahirkan.
Walau
yang meminta bantuan si Mbah kian berkurang, si Mbah tetap pada Pendiriannya,
dia hanya ingin membantu tetangganya dan ingin mengamalkan ilmu yang diwariskan orang tuanya. Harapannya hanya ingin dapat mewariskan ilmunya pada
anaknya, tapi sayang harapan ini tidak pernah dapat terwujud. Sambil menatap
keluar jendela rumahnya yang kusam si Mbah mulai menembangkan mantra
andalannya.
Sang ratu sing gereleng herang
Sang ratu sing gereleng cenang
Sang ratu langlang buana
Ulah rek ngageleng ka manusa
Ngageleng ka kidang ka menjangan
0 komentar:
Posting Komentar