Minggu, 08 April 2012

Sang Dukun Bayi


Sang Dukun Bayi
sebuah feature

Sang ratu sing gereleng herang
Sang ratu sing gereleng cenang
Sang ratu langlang buana

            Sayup-sayup terdengar mantra yang di tembangkan seseorang dengan suara khas Sunda yang nyaman ditelinga bila di dengar. Mantra itu baru saja di tembangkan oleh Uun (73 tahun), seorang dukun bayi di desa Bengle, kabupaten Karawang. Mantra yang penulis sendiri tidak paham apa maknanya itu ternyata adalah mantra untuk menenangkan bayi yang rewel. Diusianya yang senja Mbah Uun masih setia melakoni pekerjaannya sebagai dukun bayi, atau masyarakat di sana menyebutnya sebagai paraji.
            Menjadi paraji sudah dilakoni Mbah Uun sekitar 40 tahun yang lalu. Ilmu tantang perdukunan bayi ini diwariskan dari ibunya yang juga seorang dukun bayi. Hidup menjanda tanpa anak membuat Mbah Uun kesepian, untuk menghilangkan rasa sepinya Mbah mendedikasikan hidupnya untuk menolong warga sekitar yang akan melahirkan, ataupun merawat bayi. Mbah tidak pernah dibayar untuk pekerjaannya. Dia ikhlas menolong tetangganya yang membutuhkan bantuannya. Walau begitu para tetangga tidak sampai hati membiarkan si Mbah kelaparan, mereka selalu memberikan si Mbah makan. “itu amanat dari ibu saya, dulu si Mbah yang membantu ibu saya ketika melahirkan saya.” Ujar Asih (35 tahun), yang merupakan tetangga si Mbah.
            Mbah hidup sendiri di rumah sederhana peninggalan suaminya yang sudah cukup lama meninggal. Mbah tidak punya anak, dia hanya punya saudara yang tinggal di luar desa. Dari rumah sederhana inilah Mbah menghabiskan sisa umurnya dengan bercengkerama dengan tetangganya. Biar sudah tua, Mbah masih sehat, dia masih sanggup menimba air sendiri.
           

Kemajuan teknologi sudah semakin terasa di desa yang dikelilingi hamparan sawah ini. Hal ini membuat berkurangnya warga yang membutuhkan pertolongan si Mbah, mereka lebih memilih pergi ke bidan yang ada di desa itu. Hanya penduduk yang berpendidikan rendah dan berpenghasilan minim yang masih datang kepada si Mbah untuk melahirkan.
Walau yang meminta bantuan si Mbah kian berkurang, si Mbah tetap pada Pendiriannya, dia hanya ingin membantu tetangganya dan ingin mengamalkan ilmu yang diwariskan orang tuanya. Harapannya hanya ingin dapat mewariskan ilmunya pada anaknya, tapi sayang harapan ini tidak pernah dapat terwujud. Sambil menatap keluar jendela rumahnya yang kusam si Mbah mulai menembangkan mantra andalannya.

Sang ratu sing gereleng herang
Sang ratu sing gereleng cenang
Sang ratu langlang buana
Ulah rek ngageleng ka manusa
Ngageleng ka kidang ka menjangan  
           
            

0 komentar:

Posting Komentar