Pages

Jumat, 23 November 2012

ANALISIS PUISI “MEMBAKAR” DALAM KUMPULAN PUISI “PATAH” KARYA RAHMAT JABARIL: SEBUAH KAJIAN FENOMENOLOGIS


ANALISIS PUISI “MEMBAKAR” DALAM KUMPULAN PUISI “PATAH” KARYA RAHMAT JABARIL: SEBUAH KAJIAN FENOMENOLOGIS[1]
OLEH
INDRAWAN DWISETYA SUHENDI[2]

Puisi sebagai sebuah ragam sastra tentu memiliki struktur yang teramat kompleks. Untuk dapat membedah sebuah puisi diperlukanlah sebuah pisau analisis yang tajam dan tepat. Ada banyak pisau analisis untuk membedah puisi, satu di antaranya adalah fenomenologis. Pradopo menjelaskan bahwa “karya sastra itu tak hanya merupakan satu sistem norma, melainkan terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Masing-masing norma menimbulkan lapis norma di bawahnya” (Pradopo, 2010:14). Kajian fenomenologis berusaha membedah puisi berdasarkan lapisan atau norma yang ada dalam puisi tersebut.   
***
BIOGRAFI RAHMAT JABARIL

            Rahmat Jabaril dilahirkan di Bandung pada 17 Agustus 1968. Dalam berkesenian beliau memiliki konsep-konsep, yaitu pengkajian ulang kembali pada setiap persoalan baik menyangkut politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, maupun pada kesenian itu sendiri (Jabaril, 2008:118). Beliau memiliki segudang aktivitas berkesenian dan organisasi antara lain, ikut menempel poster “Gerakan Subuh Anti Soeharto” (1985), mengikuti pameran baca puisi di Jalan Merdeka “Indonesia Setengah Tiang untuk Arswendo (1990)”, mendirikan komunitas “Obrolan Malam” di Ciroyom (1985), mendirikan komunitas kesenian “Gerbong” (1988), mendirikan komunitas kesenian “Gerbong Bawah Tanah” (1993), mendirikan komunitas “Gerakan Masyarakat Seni untuk Reformasi” (1998), bergabung bersama “Gerakan Seni untuk Menyelamatkan Hutan Kota Babakan Siliwangi (2003), bergabung bersama “Gerkan Lingkungan Hidup Bandung” (2005).

IDENTIFIKASI KUMPULAN PUISI “PATAH”

            Judul                           :           Patah
            Karya                          :           Rahmat Jabaril
            Penerbit                       :           Ultimus
            Editor                          :           Hawe Setiawan
            Tahun terbit                 :           2008
            Jumlah puisi                :           102 puisi
            Jumlah halaman           :           120 halaman

ANALISIS FENOMENOLOGIS

      Fenomenologi merupakan salah satu metode penelitian dalam studi kualitatif. Kata fenomenologi (Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak (Iksan,2011:2).
Analisis fenomenologis adalah sebuah pisau analisis karya sastra yang mula-mula diperkenalkan oleh Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia. Analisis ini berusaha membedah karya sastra berdasarkan norma-norma yang dimiliki karya sastra tersebut. Norma-norma itu sebagai berikut.
(1). Lapis bunyi (sound stratum);
(2).  Lapis arti (units of meaning);
(3). Lapis dunia imaji pengarang;
(4). Lapis dunia yang dilihat dari sudut pandang tertentu yang implisit;
(5). Lapis metafisika.

DESKRIPSI DATA

            Data yang dipakai adalah puisi berjudul “Membakar” dalam kumpulan puisi “Patah” karya Rahmat Jabaril. Analisis yang digunakan dalam puisi ini adalah analisis fenomenologis yang berusaha mengungkap fenomena atau lapis-lapis dalam karya sastra yang ada dalam puisi ini.

MEMBAKAR
Lengkap Bersenjata
berwajah garang
ksatria perkasa
siang malam
perjuangan terus berkobar
tanpa lelah tanpa batas

Walau kini dia tua
namun bayang tetap menyungkupnya
mencium tetes darah
keringat membasuh
tapak sejarah


Pak Aja pejuang’45
kini mengayuh becak
meniup luka di nafasku
meniup luka di dadaku

Membakar semangat
berontak!

Maret 1989

ANALISIS FENOMENOLOGIS PUISI “MEMBAKAR”

(1). Analisis Lapis Bunyi

            Pada puisi ini terdapat deretan bunyi-bunyi fonem sesuai dengan konvensi bahasa Indonesia. Eufoni menjadi bunyi yang mendominasi pada puisi ini, efek dari eufoni adalah kombinasi bunyi yang dianggap enak didengar. Bunyi eufoni yang mendominasi pada puisi ini berkaitan dengan rasa puisi ini. Rasa yang timbul pada puisi ini adalah semangat yang berkobar pada diri si aku. Untuk lebih memahami lapis bunyi pada puisi ini, kita lihat analisis di bawah ini.

Larik ke-
Teks puisi
Bunyi yang dihasilkan

Bait pertama

1.
Lengkap Bersenjata

Asonansi : /a/ dan /e/
Likuida : /l/ dan /r/
Bunyi sengau : /ng/
2.
Berwajah garang

Asonansi : /a/
Likuida : /r/
Bunyi sengau : /ng/
3.
Ksatria perkasa

Asonansi : /a/
Likuida : /r/
4.
Siang malam

Asonansi : /a/
Bunyi sengau : /ng/
5.
Perjuangan terus berkobar
Asonansi : /e/ dan /a/
Likuida : /r/
Bunyi sengau : /ng/
6.
Tanpa lelah tanpa batas
Asonansi : /a/
Aliterasi : /t/

Bait kedua

7.
Walau kini dia tua

Asonansi :/i/ dan /a/
8.
Namun bayang tetap menyungkupnya

Asonansi : /a/
Bunyi sengau : /n/, /ng/ dan /ny/
9.
Mencium tetes darah

Asonansi : /e/, /u/, dan /a/
Alitarasi : /t/
Bunyi sengau : /m/
10.
Keringat membasuh

Asonansi : /a/ dan /u/
Likuida : /r/
Bunyi senagu : /m/
11.
tapak sejarah

Asonansi : /a/
Likuida : /r/

Bait ketiga

12.
Pak Aja pejuang’45

Asonansi : /a/
Aliterasi : /p/
Bunyi sengau : /ng/
13.
Kini mengayuh becak

Asonansi : /i/, /u/, dan /a/
Bunyi sengau : /ng/ dan /m/
14.
Meniup luka di nafasku

Asonansi : /u/ dan /a/
Bunti sengau : /m/ dan /n/
15.
Meniup luka di dadaku

Asonansi : /u/ dan /a/
Aliterasi : /d/
Bunyi sengau : /m/

Bait keempat

16.

Membakar semangat

Asonansi : /a/ dan /e/
Bunyi sengau : /m/ dan /ng/
17.
berontak!

Asonansi ;/a/
Likuida : /r/
           
            Hasil analisis penulis, bunyi asonansi sangat mendominasi puisi ini. Bunyi asonansi /a/ hampir terdapat di tiap larik puisi ini. Bunyi aliterasi dirasa kurang menonjol dalam puisi ini. Bunyi sengau /ng/ dan /m/ cukup banyak terdapat dalam puisi ini sehingga menimbulkan efek yang merdu bila dikombinasikan dengan bunyi asonansi. 

(1.1). Pelbagai Istilah dalam Analisis Lapis Bunyi

Eufoni             :           kombinasi bunyi yang dianggap enak didengar
Asonansi         :           perulangan bunyi vokal dalam deretan kata (purwakanti)
Aliterasi           :           pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan
Likuida            :           konsonan malaran apiko-alveolar yang menyerupai vokal, yaitu [r] dan [l]
Bunyi sengau  :           bunyi yg dihasilkan dengan keluarnya udara melalui hidung
Sumber           :           KBBI Luar Jaringan Versi 1.3

(2). Analisis Lapis Arti

            Dalam lapis kedua analisis fenomenologis, yang kali ini akan dikaji ialah lapis arti kata atau gabungan kata yang terdapat dalam puisi ini.
Kata atau kumpulan kata
dalam puisi “Membakar”
Arti
Bersenjata
Memiliki alat pertahanan diri
Garang
Kuat, hebat, dan galak
Ksatria perkasa
Prajurit yang kuat
Siang malam
Pergantian waktu
Berkobar
Menyala-nyala
Tetes darah
Kucuran darah
Keringat membasuh
Keringat yang membasahi badan
Tapak sejarah
Peristiwa yang benar terjadi
Pejuang ‘45
Seseorang yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945
Berontak
Melawan

   

(3). Analisis Lapis Dunia Pengarang

            Aku (pengarang) dalam puisi ini menceritakan tentang seorang mantan pejuang ’45 yang kini menjadi tukang becak. Si aku ini juga digambarkan merasa tersentuh dengan keadaan itu sehingga menimbulkan semangat dalam diri si aku. Semangat yang berkobar dalam diri si aku menimbulkan sebuah ajakan pada orang lain, yaitu ajakan untuk berontak. Puisi ini juga menggambarkan sosok si aku yang menyesali keadaan yang membuat Pak Aja, seorang pejuang ’45 yang kini hidup sebagai tukang becak. Meski sudah berusia lanjut Pak Aja tetap masih mengenang masa lalunya sebagai seorang pejuang, meski kini hidupnya amat tidak dihargai oleh pelbagai pihak. Keadaan ini membuat si aku mengumpulkan semangatnya yang mulai terbakar untuk membuat hidup Pak Aja lebih layak. Si aku berusaha mengumpulkan semangatnya untuk memberontak pada keadaan yang sangat menyesakkan nafas dan dadanya.

(4). Analisis Lapis Dunia yang Implisit

            Pada lapis ini digambarkan Pak Aja adalah representasi dari manusia yang dulu adalah seorang yang berjasa bagi banyak orang, namun kini hidupnya mengenaskan. Hal ini tergambar pada sosok Pak Aja. Sosok Aku yang bersemangat juga merupakan representasi dari manusia yang sadar akan ketragisan hidup yang menimpa seseorang yang dulu berjasa namun kini dilupakan. Dalam lapis ini sosok Aku adalah penggerak dalam menyadarkan manusia lainnya untuk kembali menghargai sosok yang dulunya berjasa bagi banyak orang namun jasanya sekarang dilupakan

 (5). Analisis Lapis Metafisika

            Pada lapis ini terlihat sebuah ketragisan hidup manusia. Meskipun dahulu Pak Aja adalah seorang pejuang, namun kini hidupnya hanya bergantung pada hasil kayuhan becak saja. Inilah yang membuat si aku menjadi terbakar semangatnya dan bermaksud memberontak pada keadaan tersebut. Namun, kembali kita berpikir bahwa apabila si aku hanya berjuang sendiri tanpa bantuan pihak-pihak yang seharusnya lebih layak untuk mengharga jasa pak Aja sebagai pejuang, maka sia-sialah semangat si aku tersebut.

KESIMPULAN

            Setelah puisi “Membakar” ini dikupas dengan pisau analisis fenomenologis, didapatkan kesimpulan bahwa analisis ini mempermudah kita untuk menganalisis puisi dari norma atau lapis yang ada dalam puisi itu sendiri. Lewat analisis fenomenologis pada puisi “membakar” ditemukan pelbagai hasil analisis, antara lain: (1). Puisi ini didomonasi oleh asonansi /a/ yang berkombinasi dengan bunyi-bunyi sengau dan liquid yang menghasilan orkestrasi efoni;          (2). Puisi ini membuat efek semangat dikarenakan perpaduan orkestrasi efoni;  (3). Puisi ini menceritakan tentang seorang pejuang yang hidup menjadi tukang becak disaat usianya sudak tidak lagi muda dan hal ini menimbulkan rasa ingin memberontak pada diri si aku; (4). Puisi ini menceritakan ketragisan hidup manusia yang dulu berjuang membela bangsa, kini hidup sengsara menhadi tukang becak.

DAFTAR PUSTAKA
 
Ikhsan, Manarul. 2011. Analisis Fenomenologis dalam Sajak Tilas Api Unggun Karya Soni Farid maulana. Makalah Kajian Puisi Indonesia. Bandung.
Jabaril, Rahmat. 2008. Patah. Bandung: Ultimus.
KBBI Luar Jaringan Versi 1.3
Megasari, Jayanti. Analisis Fenomenologis dan Stilistika Puisi “Bulan Biru” Dalam           Antologi Puisi “Mengukir Sisa Hujan” Karya Soni Farid Maulana. Makalah Kajian Puisi Indonesia. Bandung.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian puisi. Yogyakarta.                       Gajah Mada University Press


[1] Sebuah makalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Puisi Indonesia yang   diampu oleh Bapak Rudi Adi Nugroho, M.Pd.

[2] Penulis adalah mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia UPI angkatan 2011 dengan NIM 1100602 yang sedang mengampu mata kuliah Kajian Puisi Indonesia.