Minggu, 18 Maret 2012

Mengenal Lebih dalam Bahasa Indonesia


sebuah catatan pengantar diskusi sanggar budidaya linguistik
tanggal 20 Maret 2012
oleh Indrawan Dwisetya

            Apa itu bahasa Indonesia? Apakah kita selaku calon pendidik, linguis, sastrawan, jurnalis, yang notabene bergelut dengan bidang kebahasaan, sudah cukup mengenal bahasa Indonesia? Penulis yang notabene seorang awam, mencoba untuk menulis tentang ‘Mengenal Lebih dalam Bahasa Indonesia’, yang merupakan sebuah catatan kecil pada diskusi Sanggar Budaya Linguistik. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila dalam catatan ini banyak terdapat kesalahan, baik dari segi kebahasaan, pungtuasi dll.
            Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928 (Kridalaksana, 2010 : 1). Bahasa Indonesia pun adalah bahasa Nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam UUD RI BAB XV pasal 36, yang berbunyi “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Asal mula bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah berkembang di Indonesia sebelum kemerdekaan sebagai lingua franca (bahasa perhubungan) di wilayah nusantara saat itu. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah di fahami dan di ucapkan, baik dari segi fonologis maupun tata bahasanya. Tidak seperti bahasa Jawa dan sunda yang memiliki tingkatan bahasa, bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan bahasa. Faktor-faktor inilah yang menjadikan bahasa Melayu di nasionalkan menjadi bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia secara struktur merupakan varian dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan di Nusantara, seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, pada Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo, dalam Kridalaksana, 2010,          
jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang sungguhpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riau’ akan tetapi jang soedah ditambah atau dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat diseloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoa haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia.”
            Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek dalam bahasa Melayu. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap lahir atau diterima eksistensinya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945, bahasa kita itu secara resmi diakui adanya.
            Peristiwa-peristiwa penting bagi bahasa Indonesia
·         Tanggal 16 Juni 1927, Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertama kalinya seseorang berpidato dalam bahasa Indonesia ketika sidang volksraad.
·         Tanggal 28 Oktober 1928, Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
·         Tahun 1936 Sutan Takdir Alisjahbana menyusun Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
·         Tanggal 25-28 Juni 1938, Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
·         Tanggal 18 Agustus 1945, ditetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
·         Tanggal 19 Maret 1947, diresmikan ejaan republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen.
·         Tanggal 28 Oktober-2 November 1954, Kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
·         Tanggal 16 Agustus 1972, H.Muhammad Soeharto meresmikan EYD.
·         Tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
·         Tanggal 28 Oktober-2 November 1978, Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta.
·         Tanggal 21-26 November 1983, Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
·         Tanggal 28 Oktober-3 November 1988, Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta.
·         Tanggal 28 Oktober-2 November 1993,Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta.
·         Tanggal 26-28 Oktober 1998, Kongres Bahasa Indonesia VII di Jakarta.

Jumlah kata serapan dalam bahasa Indonesia
·         Belanda = 3.280 kata
·         Inggris = 1.610 kata
·         Arab = 1.495 kata
·         Sansekerta = 677 kata
·         Tionghoa = 290 kata
·         Portugis = 131 kata
·         Tamil = 83 kata
·         Parsi = 63 kata
·         Hindi = 7 kata (Wikipedia)

Senin, 12 Maret 2012

Bebaskan Belenggu Ini

bebaskan belenggu ini

buat rekanku, para pejuang kemanusiaan


Apa arti hak asasi?

Bila dilarang untuk beraksi.

Apa fungsi konstitusi?

Bila ekspresi di batasi.

Untuk apa ada demokrasi?

Bila kebebasan tidak hakiki.

Siapa para politisi?

Hanya sekawanan tirani berdasi.

Untuk siapa negeri ini berdiri?

bila rakyat kecil tak bisa menyuarakan isi hati.

Kemana hati nurani?

Apakah menguap bersama terbitnya sang mentari?

Negeri yang kaya bak surgawi

hanya untuk para pelakon negeri,
elit berdasi yang membelenggu kami.

Para petani,
mereka mati di sawahnya sendiri.

Hanya satu tuntutan kami.

Bebaskan belenggu ini.


Karawang, Agustus 2011

Kamis, 01 Maret 2012

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (SEBUAH PENGANTAR)


oleh Indrawan Dwisetya

sebuah catatan pengantar diskusi sanggar budaya linguistik
tanggal 28 Februari 2012


 Dalam tataran disiplin linguistik, morfologi merupakan sebuah bagian penting. Morfologi adalah ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata (Chaer,2008:3), morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,2009:21).
Kata adalah hal yang mendasar dalam disiplin morfologi maupun linguistik. Kata pula adalah objek kajian morfologi seperti terdapat dalam dua definisi di atas, di samping pula objek kajiannya berupa morfem.
Kata terbentuk setelah melalui proses morfologis, yang di maksud proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk asalnya (Ramlan,2009:51). Dari beberapa proses, afiksasi yang akan penulis jabarkan lebih lanjut.
Afiksasi adalah proses pengimbuhan yang menghasilkan afiks. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Menurut Ramlan lebih lanjut menyebut afiksasi itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata.
Proses pembubuhan afiks sendiri ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Misal: ber- + jalan = berjalan.
Jadi, afiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna. Satuan baru hasil dari proses penambahan afiks (afiksasi) ini disebut juga kata.

Macam-macam Afiks dalam bahasa Indonesia Berdasarkan Letaknya:
1.      Prefiks
Prefiks atau awalan adalah afiks yang dilekatkan di awal bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31). Adapun prefiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         ber-            : berjalan, berdiri, bekerja, belajar, berlari, bertamu, berpikir, dll
·         meN-         : membeli, mencuci, meniru, mendarat, mengampu, menyanyi, melihat, dll
·         memper-    : memperbanyak, memperindah, mempermudah, memperbesar, dll
·         di-              : dibeli, dicuri, diambil, didengar, diraba, dijilat, diputar, dimakan, dll
·         ter-             : terkenal, terinjak, terbawa, terhormat, terpandai, termakan, terdengar, dll
·         per-            : perlebar, perpanjang, persempit, perluas, perluas, perkecil, dll
·         peN-          : pembeli, penjual, penata, pengampu, pemakan, penyanyi, dll
·         pe-             : pedagang, pelari, peternak, pekebun, petinju, peserta, petenis, dll
·         pra/pre-      : prasejarah, praduga, praremaja, prefiks, prajabatan, prakarya, dll

2.      Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar (Alwi dll, 2003: 31). Adapun infiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         -el-             : telunjuk, temali, telapak, gelembung, geligi, pelatuk, gemulung
·         -er-             : serabut, seruling, gerigi
·         -em-           : kemuning, kemelut, kemilau, temali
·         -in-             : kinerja, sinambung, tinambah
3.      Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dilekatkan di bagian belakang bentuk kata (Alwi dll, 2003: 31). Adapun sufiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         -an             : bacaan, makanan, tulisan, hitungan, catatan, kiriman
·         -kan           : ambilkan, carikan, satukan, pisahkan, dengarkan, bicarakan
·         -i1               : temui, jumpai, ambili, tulisi, tangkapi, pukuli, panggili, mintai
·         -i2               : alami, insani, hewani
·         -ah             : alamiah, insaniah, ilmiah
·         -wi             : duniawi, ragawi, manusiawi
·         -nya           : rupanya, tampaknya, agaknya, akhirnya
·         -wan          : ilmuwan, sastrawan, budayawan, karyawan, wartawan, bangsawan
·         -wati          : wartawati, karyawati, seniwati
·         -in              : muslimin, mukminin, hadirin
·         -at              : muslimat, mukminat, hadirat
·         -a/-i            : dewa-dewi, mahasiswa-mahasiswi, putra-putri, muda-mudi






4.      Konfiks                                                                                                    
Konfiks atau imbuhan gabungan adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar secara bersamaan yang membentuk suatu kesatuan fungsi dari satu arti dll, 2003: 32). Adapun konfiks dalam bahasa Indonesia meliputi;
·         meN-/-kan : membicarakan, menemukan, menyelesaikan, melebarkan, mengatakan
·         men-/-i       : menjalani, memasuki, memukuli, mewarnai, melempari, menghadiri
·         ber-/-kan    : berasaskan, beristrikan, beratapkan, bermandikan, berdasarkan
·         ber-/-an      : bepergian, beterbangan, berlarian, berpandangan, beraturan, berhalangan
·         ke-/-an       : kalaparan, kedinginan, kehilangan, kehabisan, kehujanan, kebanjiran
·         peN-/-an    : pendaftaran, penelitian, pendanaan, pengumuman, penulisan
·         per-/-an      : perbuatan, pertemuan, perjanjian, pergerakan, perjuanagan
·         se-/-nya      : sebenarnya, sebaiknya, sesamanya, sesungguhnya, secepatnya
·         memper-/-kan        : memperbandingkan, memperbincangkan, mempermasalahkan
·         memper-/-i             : mempersenjatai, memperbarui, memperbaiki
5.      Simulfiks
Simulfiks adalah afiks yang tidak berbentuk suku kata dan yang ditambahkan atau dileburkan pada dasar (Kridalaksana, 2008: 222). Dalam bahasa Indonesia simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbalkan nomina, adjektiva atau kelas kata lain. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku.
Contoh: kopi → ngopi, soto → nyoto, sate → nyate, kebut → ngebut, dll (Ulfah,DKK,2011)