Minggu, 29 Juli 2012

Artikel Ilmiah pada Seminar Internasional Bahasa Ibu 2012


MENGANGKAT DAN MENGAMALKAN NILAI KEARIFAN LOKAL DARI KEBERAGAMAN PERIBAHASA DAERAH SEBAGAI UPAYA PEMERTAHANAN KEBHINEKAAN
INDRAWAN DWISETYA SUHENDI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
dwisetyaindrawan@yahoo.com         

ABSTRAK
            Perpecahan antarsuku, agama, dan berbagai permasalahan lain yang berbau SARA seakan tidak pernah habis diperbincangkang. Berbagai persoalan tersebut diduga kuat terjadi karena nilai-nilai luhur kebhinekaan bangsa ini yang mulai memudar. Pudarnya nilai kebhinekaan bangsa disinyalir terjadi sebagai akibat dari pengaruh nilai-nilai luar yang nyatanya tidak cocok diterapkan pada bangsa ini. Selain itu, pergeseran nilai kebhinekaan yang marak terjadi disinyalir akibat dominasi gaya hidup individualis dan hedonis para masyarakatnya.
Berbagai permasalahan yang menimpa negeri ini semakin menuntut masyarakatnya, untuk giat mencari berbagai alternatif pemecahan masalah sebagai upaya pembenahan terhadap krisis nilai kebhinekaan yang melanda. Para ahli mulai melirik upaya pemecahan permasalahan bangsa ini dengan mengangkat kembali nilai-nilai luhur yang dulu sempat terkubur dan redup eksistensinya. Nilai-nilai luhur tersebut adalah kearifan lokal.
Berbicara kearifan lokal, sungguh merupakan suatu hal yang penting untuk diperbincangkan. Berbagai perbincangan tentang pentingganya mengangkat kembali nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal kini mulai marak terdengar. Namun, apakah kearifan lokal hanya cukup di perbincangkan? Salah satu yang menjadi topik permasalahan pada kearifan lokal dewasa ini adalah mulai pudarnya eksistensi bahasa ibu sebagai cerminan kearifan budaya lokal suatu masyarakat. Bahasa ibu sebagai salah satu bagian dari kearifan lokal dianggap memiliki peran dalam upaya membentuk nilai kebhinekaan. Seperti kita ketahui, bangsa ini mempunyai berbagai bahasa ibu. Jadi, salah satu hal penting yang menjadi sorotan adalah peran peribahasa daerah sebagai media pemertahanan bahasa daerah yang kini mulai redup tergerus oleh arus modernisasi.
Kata kunci: Kearifan lokal, peribahasa daerah, pemertahanan kebhinekaan.
PENGANTAR
            Ribuan gugus pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, berbagai agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara, dan banyaknya suku yang ada di Indonesia, membuat keragaman bangsa ini semakin kuat. Semangat kebhinekaan yang dijunjung bangsa Indonesia, seharusnya sudah ada ketika masyarakat terdahulu melakukan komunikasi antarsesamanya. Peribahasa yang tersebar di berbagai daerah di Nusantara dapat menjadi bukti nyata bahwa penggunaan peribahasa daerah di Nusantara, kental dengan nilai-nilai yang selaras dengan semangat kebhinekaan. Semangat kebhinekaan bangsa tercermin dalam berbagai peribahasa daerah sebagai gambaran gejala kebudayaan masyarakat penuturnya.
            Nilai luhur yang terkandung dalam peribahasa di tiap daerah ternyata dapat menjadi upaya pemertahanan kebhinekaan yang kini mulai memudar. Kearifan lokal yang terkandung dalam peribahasa daerah dapat menipiskan jurang perbedaan antarmasyarakat. Kearifan lokal yang terkandung dalam peribahasa daerah, selain sebagai wujud nyata kebhinekaan bangsa, juga diyakini sebagai sarana mempersatukan perbedaan yang ada. Hal tersebut jelas menjadi sebuah kewajaran, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang amat kaya akan bahasa, budaya, agama, alam, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat menjadi sebuah tantangan besar bagi bangsa dalam upaya menghapus perbedaan yang dapat berujung perpecahan antarmasyarakat.
            Tantangan bagi bangsa adalah mempertahankan kebudayaan yang sudah dimiliki, dan menjadikan kebudayaan yang ada sebagai investasi penting bangsa. Nilai kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa daerah dapat menjadi alternatif pemertahanan kebhinekaan bangsa ini.       
Berangkat dari persoalan tersebut, penulis membuat suatu analisis tentang penggunaan peribahasa daerah. Ada beberapa aspek yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: (1) makna dan nilai yang terkandung dalam peribahasa daerah, (2) fungsi dari peribahasa daerah, dan (3) pengamalan nilai peribahasa daerah sebagai upaya pemertahanan kebhinekaan. Adapun dari permasalahan tersebut dapat diketahui: (1) makna dan nilai yang terkandung dalam peribahasa daerah, (2) fungsi dari peribahasa daerah, dan (3)  pengamalan nilai peribahasa daerah sebagai upaya pemertahanan kebhinekaan.

PEMBAHASAN
            Rahyono (2009),  kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Bangsa ini terkenal dengan nilai-nilai kearifan lokal yang kental. Sopan-santun, gotong-royong, toleran, dan sikap saling mengasihi adalah nilai-nilai kearifan lokal yang apabila diamalkan, maka membawa bangsa ini menuju kebhinekaan yang hakiki. Nilai-nilai tersebut banyak terkandung dalam peribahasa daerah. Nilai luhur peribahasa daerah tersebut seakan luput dan terlupakan, padahal nilai luhur peribahasa daerah dapat menjadi alternatif  pemecahan masalah yang diakibatkan oleh pudarnya kebhinekaan.
1.      Makna dan Nilai yang Terkandung dalam Berbagai Peribahasa Daerah
Peribahasa adalah ungkapan atau kalimat ringkas, padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku (KBBI). Peribahasa daerah memiliki berbagai nilai-nilai luhur yang sebenarnya dapat digali dan diterapkan pada kehidupan kita selaku masyarakat yang hidup di tengah keberagaman. Nilai-nilai tersebut apabila diamalkan dengan penghayatan yang luas akan membawa kita pada kehidupan luhur sebagaimana yang menjadi tujuan dari peribahasa daerah itu sendiri. Berbagai nilai-nilai kearifan lokal dalam berbagai peribahasa yang akan penulis sajikan adalah sebagai berikut.
Sunda:
silih asah, silih asih, silih asuh,
Dalam bahasa Indonesia berarti saling mengajari, saling mengasihi, saling mengurus. Nilai dari peribahasa ini adalah kita hidup untuk mengajari, mengasihi dan mengurus orang lain.
Minang:
bejalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah,
Dalam bahasa Indonesia berarti berjalan peliharalah kaki, berkata peliharalah lidah. Nilai dari peribahasa Minang ini adalah kita harus berhati-hati dalam bersikap, dan bertutur kata sehingga tidak menyakiti orang lain.
Jawa:
lamun sugih aja sumugih, lamun pinter aja kuminter,
Dalam bahasa Indonesia berarti kalau kaya jangan berlagak kaya, kalau pandai jangan berlagak pandai. Nilai dari peribahasa ini adalah mengajarkan untuk hidup rendah hati dan menjauhi sifat sombong.
Manado:
torang samua basudara,
Dalam bahasa Indonesia berarti kita semua bersaudara. Nilai dari peribahasa ini adalah mengajarkan kita untuk hidup toleran.

2.      Fungsi dari Peribahasa Daerah sebagai Upaya Pemertahanan Kebhinekaan
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam peribahasa daerah dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah terkait pudarnya semangat kebhinekaan bangsa. Sebagaimana pengertian peribahasa di atas, peribahasa memiliki pinsip hidup, aturan tingkah laku, dan nasihat. Hal tersebut dapat menjadi fungsi peribahasa daerah sebagai upaya pemertahanan kebhinekaan. Berikut adalah beberapa fungsi peribahasa daerah sebagai upaya pemertahanan kebhinekaan :
silih asah, silih asih, silih asuh,
berfungsi sebagai nasihat agar kita senantiasa bersikap saling mengajari, mengasihi, dan mengurus orang lain. Apabila sikap ini diterapkan oleh bangsa Indonesia, maka rasa saling mengasihi pun akan terjalin dan nilai kebhinekaan pun dapat terjaga.

Bejalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah,
berfungsi sebagai nasihat dan aturan tingkah laku agar kita bersikap hati-hati dalam bersikap dan bertutur kata, sehingga tidak menyakiti orang lain. Apabila sikap ini diterapkan oleh bangsa Indonesia, maka sikap hati-hati dalam bersikap dan bertutur kata pun akan terjaga, dan masyarakat pun akan hidup tenteram di tengah keberagaman.

Lamun sugih aja sumugih, lamun pinter aja kuminter,
berfungsi sebagai nasihat agar menjauhi sikap sombong. Apabila sikap ini diterapkan oleh bangsa Indonesia, maka bangsa ini pun akan terhindar dari berbagai masalah yang diakibatkan oleh sikap sombong, dan bangsa ini pun akan hidup dengan sikap rendah hati di tengah perbedaan.
Torang samua basudara,
berfungsi sebagai nasihat agar bersikap toleran dan menganggap semua orang bersaudara. Apabila sikap ini diterapkan pada bangsa Indonesia, maka rasa persaudaraan akan terjalin di tengah keragaman bangsa.

3.      Pengamalan Nilai Pribahasa Daerah Sebagai Upaya Pemertahanan Kebhinekaan
            Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam berbagai peribahasa di Nusantara yang kaya akan kandungan  nilai kemanusiaan , dapat menjadi cara untuk memperkokoh kembali rasa kebhinekaan yang mulai terkikis. Peribahasa daerah yang kaya akan nilai toleransi, tolong-menolong,  jauh dari sifat sombong, dan selalu berhati-hati dalam bertindak maupun bertutur kata, dapat dapat mencegah keretakan semangat kebhinekaan yang dijunjung bangsa ini, bahkan nilai luhur peribahasa ini justru mampu memperkuat rasa kebhinekaan. Sikap hidup masyarakat daerah yang memegang prinsip kearifan lokal dapat dijadikan contoh penumbuh semangat kebhinekaan. Peribahasa daerah masyarakat Manado semakin mempertegas fungsi nilai kearifan lokal sebagai upaya untuk pemertahanan kebhinekaan. Si Tou Timou Tumou Tou, yang dalam bahasa Indonesia berarti manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.
            Apakah cukup hanya dengan mengangkat saja nilai-nilai kearifan lokal tersebut? Jelas tidak, mengamalkan nilai luhur tersebutlah yang menjadi upaya konkret dalam pemertahanan kebhinekaan. Apabila kita hanya mengangkat nilai tersebut tanpa mengamalkannya tentu hal itu menjadi sebuah kesia-siaan. Apabila kita mengamalkan berbagai nilai luhur peribahasa daerah dalam sikap hidup kita sehari-hari, maka kebhinekaan bangsa ini dapat kita pertahankan.
            Nilai luhur kearifan lokal yang terkandung dalam berbagai peribahasa di atas memiliki kandungan yang dapat mengikis jurang pemisah berbagai perbedaan pada bangsa ini. Apabila semua orang dapat mengamalkan nilai luhur peribahasa daerah tersebut maka kebhinekaan pun dapat tercipta di negeri ini. Bayangkan apa jadinya bila semua warga Indonesia yang notabene berbeda dari berbagai segi mengamalkan nilai luhur seperti menganggap semua orang bersaudara, memanusiakan manusia, tolong-menolong, rendah hati, jujur, pemaaf, bertanggungjawab dan hati-hati dalam bersikap maupun bertutur kata. Maka, Bhineka Tunggal Ikalah bangsa ini.

PENUTUP
            Berdasarkan uraian di atas, tentang makna, nilai dan fungsi yang terkandung dari peribahasa daerah sebagai upaya pemertahanan kebhinekaan bangsa ini yang kian lama semakin tergantikan dengan nilai-nilai luar yang nyatanya tidak cocok diterapkan pada bangsa Indonesia.
            Bukan hanya mengangkat kebudayaan yang ada, upaya pemertahanan kebhinekaan pun haruslah dilakukan dengan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam peribahasa tersebut. Mengamalkan berbagai nilai-nilai luhur peribahasa daerah seperti menganggap semua orang bersaudara, memanusiakan manusia, tolong-menolong, rendah hati, jujur, pemaaf, bertanggungjawab dan hati-hati dalam bersikap maupun bertutur kata adalah upaya konkret pemertahanan kebhinekaan.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus dll. (2010). “Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”. Bandung: Maulana Media Grafika.
Kulsum, Umi. (2012). “Mengungkap Kearifan Lokal sebagai Salah Satu Upaya Pemertahanan Bahasa”. Makalah pada Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia GBSI UPI. Bandung.

Sartini. (2004). “Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”.
Jurnal Filsafat Edisi Agustus, Jilid 37, Nomor 2.

Setyani,Turita Indah. (2009). “Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pembentuk Jati Diri Bangsa”. Makalah pada Konferensi Nasional dan Pembentukan Organisasi Profesi Pengajar Bahasa, Sastra, Budaya dan Seni Daerah se-Indonesia. Yogyakarta.

Susanti,L.R. Retno. (2011). “Membangun Pendidikan Karakter di Sekolah: Melalui Kearifan Lokal”. Makalah pada Persidangan Dwitahunan FSUA-PPIK USM. Padang.

Widiyanto,Hidayat. (2011). “Kearifan Lokal Budaya Jawa sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 
bagi Penutur Asing (BIPA)”. Makalah pada Kongres Bahasa Jawa V. Surabaya.