Minggu, 15 April 2012

Inkonsistensi KBBI


Inkonsistensi KBBI
Oleh Indrawan Dwisetya

            Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kamus acuan yang diperuntukan bagi penutur bahasa Indonesia. Kamus ini menjadi acuan tertinggi bahasa Indonesia yang baku, karena kamus ini merupakan kamus bahasa Indonesia terlengkap dan paling akurat yang pernah diterbitkan penerbit yang memiliki hak paten dari pemerintah Republik Indonesia (Wikipedia, 2011). KBBI disusun oleh tim penyusun kamus Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sampai saat ini, sejak KBBI terbit pada tahun 1988, KBBI sudah mengalami tiga kali perbaikan. Edisi terakhir KBBI adalah edisi keempat yang diterbitkan pada tahun 2008.
            KBBI sebagai kamus acuan tertinggi bahasa Indonesia seharusnya terhindar dari berbagai inkonsistensi. Pada kenyataannya KBBI memuat berbagai inkonsistensi dari kaidah-kaidah yang dibuat sendiri oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Memang pada dasarnya KBBI dibuat dengan menyesuaikan kata dari penutur bahasa Indonesia sendiri, pertuturan yang telah ada di masyarakat dimasukkan ke dalam KBBI walaupun itu menyalahi kaidah tata bahasa. Akan tetapi, alangkah baiknya apabila KBBI dibuat dengan mengikuti kaidah tata bahasa.
            Berikut adalah beberapa contoh inkonsistensi KBBI.

Masalah
Kaidah
Kata yang analogi
Kata yang anomali
Penyerapan prefiks auto- (bahasa Inggris)
Fonem au tetap au
autobiography > autobiografi
autocracy > autokrasi
autopsy > autopsi

automotive > otomotif, bukan automotif
 automatic > otomatis, bukan automatis
autonom  > otonom, bukan autonom

Penyerapan sufiks      –ics (bahasa Inggris)
Sufiks –ics yang berarti ilmu diserap menjadi –ika
mathematics > matematika
statistics > statistika
physics > fisika


linguistics > linguistik, bukan linguistika
 semantics > semantik, bukan semantika
 fonetics > fonetik, bukan fonetika

Penyerapan akhiran -phone (bahasa Inggris)
Akhiran -phone diserap menjadi -fon: fonem ph diserap menjadi f dan e pada akhir kata dihilangkan
microphone > mikrofon
saxophone > saksofon

telephone > telepon, bukan telefon
Peluluhan fonem pada kata majemuk
Kata dasar yang diawali dengan huruf k, s, p, atau  t huruf pertamanya akan meluluh jika ditambahkan awalan me-
kali > mengali
seru > menyeru
paku > memaku

punya > mempunyai, bukan memunyai
patroli > mempatroli, bukan mematroli

Sumber: Wikibooks
Dari beberapa contoh di atas dapat diambil dua kesimpulan, yaitu bahwa inkonsistensi KBBI hanya terjadi pada kata yang merupakan serapan dari bahasa asing dan gejala peluluhan pada kata dasar yang diawali fonem /k/, /s/, /t/,dan /p/. Problematika penyerapan kata asing memang masih menjadi polemik tersendiri bagi penyempurnaan KBBI. Problematika inkonsistensi KBBI mungkin masih banyak lagi, tapi hanya empat kasus tersebut yang dapat saya temukan.
Ke depannya kita selaku pengguna bahasa Indonesia berharap, agar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dapat menyempurnakan KBBI dengan sebaik-baiknya. Tentu, sebagai kamus acuan, KBBI diharapkan terbebas dari berbagai inkonsistensi. Semoga.
           

Minggu, 08 April 2012

Sang Dukun Bayi


Sang Dukun Bayi
sebuah feature

Sang ratu sing gereleng herang
Sang ratu sing gereleng cenang
Sang ratu langlang buana

            Sayup-sayup terdengar mantra yang di tembangkan seseorang dengan suara khas Sunda yang nyaman ditelinga bila di dengar. Mantra itu baru saja di tembangkan oleh Uun (73 tahun), seorang dukun bayi di desa Bengle, kabupaten Karawang. Mantra yang penulis sendiri tidak paham apa maknanya itu ternyata adalah mantra untuk menenangkan bayi yang rewel. Diusianya yang senja Mbah Uun masih setia melakoni pekerjaannya sebagai dukun bayi, atau masyarakat di sana menyebutnya sebagai paraji.
            Menjadi paraji sudah dilakoni Mbah Uun sekitar 40 tahun yang lalu. Ilmu tantang perdukunan bayi ini diwariskan dari ibunya yang juga seorang dukun bayi. Hidup menjanda tanpa anak membuat Mbah Uun kesepian, untuk menghilangkan rasa sepinya Mbah mendedikasikan hidupnya untuk menolong warga sekitar yang akan melahirkan, ataupun merawat bayi. Mbah tidak pernah dibayar untuk pekerjaannya. Dia ikhlas menolong tetangganya yang membutuhkan bantuannya. Walau begitu para tetangga tidak sampai hati membiarkan si Mbah kelaparan, mereka selalu memberikan si Mbah makan. “itu amanat dari ibu saya, dulu si Mbah yang membantu ibu saya ketika melahirkan saya.” Ujar Asih (35 tahun), yang merupakan tetangga si Mbah.
            Mbah hidup sendiri di rumah sederhana peninggalan suaminya yang sudah cukup lama meninggal. Mbah tidak punya anak, dia hanya punya saudara yang tinggal di luar desa. Dari rumah sederhana inilah Mbah menghabiskan sisa umurnya dengan bercengkerama dengan tetangganya. Biar sudah tua, Mbah masih sehat, dia masih sanggup menimba air sendiri.
           

Kemajuan teknologi sudah semakin terasa di desa yang dikelilingi hamparan sawah ini. Hal ini membuat berkurangnya warga yang membutuhkan pertolongan si Mbah, mereka lebih memilih pergi ke bidan yang ada di desa itu. Hanya penduduk yang berpendidikan rendah dan berpenghasilan minim yang masih datang kepada si Mbah untuk melahirkan.
Walau yang meminta bantuan si Mbah kian berkurang, si Mbah tetap pada Pendiriannya, dia hanya ingin membantu tetangganya dan ingin mengamalkan ilmu yang diwariskan orang tuanya. Harapannya hanya ingin dapat mewariskan ilmunya pada anaknya, tapi sayang harapan ini tidak pernah dapat terwujud. Sambil menatap keluar jendela rumahnya yang kusam si Mbah mulai menembangkan mantra andalannya.

Sang ratu sing gereleng herang
Sang ratu sing gereleng cenang
Sang ratu langlang buana
Ulah rek ngageleng ka manusa
Ngageleng ka kidang ka menjangan